Kamis, 15 Maret 2018

Candu Cumbu Penari

Cantik parasmu menebar pesona putri khayangan.
Halus kulitmu menjerat hasrat mata memandang.
Merekah senyum tawamu 
tawarkan rindu bercumbu.
Lekuk tubuhmu pemicu hasrat pacu jantungku.
Kau buat mimpi tiap lelaki.
Bermimpi untuk terus bermimpi..
Kutunggu dibelakang panggungmu Penari.



***
DEWIKU

Sungguh
Tak bisa ku lukiskan dengan kata kata karena kau lebih indah dari sejuta kata..
Tak bisa ku bayangkan bagaimana ku harus memulai untuk mengawali untuk kumemujimu indahmu lebih sempurna dari sejuta pujian.
Ku tak sanggup untuk tak sanggup mencintaimu
Dewiku
Cahayaku
PATAH PENCIL

Aku menulis tanpa sekolah
Jikalau semua berpikir harus, maka aku hanya akan jadi sampah.
Sampah yang terbuang Sebelum sempat terbaca..
Sebelum sempat terlihat..
Sebelum sempat dimengerti..
Aku juga tak mengerti.,
Juga tak minta tuk dimengerti..
Pinsilku biarlah patah, patah tuk menulisi kertas kertas yang terbuang ..

Omah keong
Menulis.
Pas di tengah tengah Maret '2018.

Bukan puisi sekolahan.
Bukan untuk minta dimengerti.

Kekasih menulisi diantara buku buku bambu..
Tentang cinta dan rindu..
Tak perlu kekasihku ratapi rembulan yang berlalu..
Dekapmu dalam pelukanku lebih bermakna dari pada kau menangis..
Tinggalkan yang lalu..
Lupakan yang kemarin..
Jangan lagi petik dawai itu bila hanya menambah luka dihati..
Kekasih menulisi diantara buku buku bambu, tentang kita, tentang kau dan aku.


Tidak ada komentar: